BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Gagal ginjal atau Acute renal failure (ARF) dapat diartikan
sebagai penurunan cepat/tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi ginjal.
Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau
azotemia (peningkatan konsentrasi BUN [Blood Urea Nitrogen] ). Akan tetapi
biasanya segera setelah cedera ginjal terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali
normal, sehingga yang menjadi patokan adanya kerusakan ginjal adalah penurunan
produksi urin.
Angka kematian di AS akibat gagal ginjal akut berkisar
antara 20-90%. Kematian di dalam RS 40-50% dan di ICU sebesar 70-89%. Kenaikan
0,3 mg/dL kreatinin serum merupakan prognostik penting yang signifikan.
Peningkatan kadar kreatinin juga bisa disebabkan oleh
obat-obatan (misalnya cimetidin dan trimehoprim) yang menghambat sekresi
tubular ginjal. Peningkatan tingkat BUN juga dapat terjadi tanpa disertai
kerusakan ginjal, seperti pada perdarahan mukosa atau saluran pencernaan,
penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itu diperlukan pengkajian yang
hati-hati dalam menentukan apakah seseorang terkena kerusakan ginjal atau
tidak.
B. Tujuan
1.
Untuk
memahami definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis,
diagnosis, penatalaksanaan dan Asuhan keperawatan pada Gagal Ginjal Akut (GGA).
2.
Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan
keperawatan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Medis
1.
Defenisi
Gagal
ginjal akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal
sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif
disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah.
Gagal
ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom klinis yang di tandai dengan penurunan
mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) laju filtrasi glomerulus
(LFG), di sertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan kreatinin).
Gagal
Ginjal Akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam
membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang menyebabkan penimbunan limbah
metabolik di dalam darah (misalnya urea).
2.
Klasifikasi
a. Gagal ginjal akut prerenal
Gagal ginjal
akut Prerenal adalah keadaan yang paling ringan yang dengan cepat dapat
reversibel, bila ferfusi ginjal segera diperbaiki.
Gagal ginjal akut Prerenal merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan
histologik/morfologik pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera
diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA).
b. Gagal ginjal akut post renal
GGA posrenal
adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun alirannya dalam
saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah obstruksi, meskipun dapat
juga karena ekstravasasi
c. Gagal ginjal akut renal
GGA renal
sebagai akibat penyakit ginjal primer seperti :
a.Glomerulonefritis
b.Nefrosklerosis
c.Penyakit kolagen
a.Glomerulonefritis
b.Nefrosklerosis
c.Penyakit kolagen
d. Angitis
hipersensitif
e. Nefritis
interstitialis akut karena obat, kimia, atau kuman.
2.Nefrosis
Tubuler Akut ( NTA )
Nefropati
vasomotorik akut terjadi karena iskemia ginjal sebagai kelanjutan GGA. Prerenal
atau pengaruh bahan nefrotoksik.Bila iskemia ginjal sangat berat dan
berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis kortikol akut( NKA)
dimana lesi pada umumnya difus pada seluruh korteks yang besifat
reversibel.Bila lesinya tidak difus (patchy) ada kemungkinan reversibel.
3.
Etiologi
Tiga
kategori utama kondisi penyebab Gagal Ginjal Akut adalah :
Pre Renal
Pre Renal
a.
Dimana aliran darah akibat hipoperfusi
ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus.
b.
Penurunan volume vaskuler
c.
Kehilangan darah/plasma : perdarahan
luka baker
d.
Kehilangan cairan ekstraselluer :
muntah,diare
e.
Kenaikan kapasitas kapiler : Sepsis,
Blokade ganglion, Reaksi anafilaksis
f.
Penurunan curah jantung/kegagalan pompa
jantung : Renjatan kardiogenik,Payah jantung kongestif, Dysritmia, Emboli paru,
Infark jantung.
Intra
Renal
a.
Akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus distal.
b.
Kondisi seperti terbakar,udema akibat benturan
dan infeksi dan agen nefrotik dapat menyebabkan nekrosi tubulus akut (ATN)
c.
Berhentinya fungsi renal.
d.
Reaksi transfusi yang parah juga gagal
intra renal.hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis melewati membran
glomerulus dan terkonsentrasi ditubulus distal menjadi faktor terbentuknya
hemoglobin.
e.
Faktor penyebab adalah : pemakaian
obat-obat anti inflamasi, non steroid terutama pada pasien lansia.
Pasca
Renal
a.
Obstruksi dibagian distal ginjal
b.
Tekanan ditubulus distal menurun,
akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat
4.
Tanda
dan Gejala
Adapun
tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara akut
antara lain :
a.
Bengkak mata, kaki
b.
Nyeri pinggang hebat (kolik)
c.
kencing sakit, sedikit kadang timbul merah/darah bahkan sering kencing
d.
Demam
e.
Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri.
f.
Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
g.
Perubahan mental atau suasana hati
h.
Kejang
i.
Tremor tangan
j.
Mual, muntah
5.
Patofisiologi
Terdapat empat tahapan klinik dari
gagal ginjal akut sebagai berikut :
ð Periode Awal
Merupakan awal kejadian penyakit dan
diakhiri dengan terjadinya oliguria.
ð Periode Oliguri
Pada periode ini volume urin kurang
dari 400 ml/24 jam, disertai dengan peningkatan konsentrasi serum dari
substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat,
kalium dan magnesium). Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik
muncul, dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
ð Periode Diuresis
Pasien menunjukkan peningkatan
jumlah urin secara bertahap, disertai tanda perbaikan glumerulus. Nilai
laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun. Tanda uremik mungkin
masih ada, sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih diperlukan.
Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini. Jika
terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
ð Periode Penyembuhan
a. Merupakan tanda perbaikan fungsi
ginjal dan berlangsung selama 3- 12 bulan
b. Nilai laboratorium akan kembali
normal
c. Namun terjadi penurunan GFR permanen
1% - 3%
6.
Manifestasi
klinik
a.
Haluaran urine sedikit, Mengandung darah,
b.
Peningkatan BUN dan kreatinin,
c.
Anemia,
d.
Hiperkalemia
e.
Asidosis metabolic
f.
Udema
g.
Anoreksia,nause,vomitus
h.
Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada
kulit.
7.
Komplikasi
a.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b.
Ketidakseimbangan asam-basa
c.
Gangguan ginjal kronik
B.
Konsep
Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Data
Dasar pengkajian Pasien
b.
Aktivitas
/Istirahat : Apakah ada gejala keletihan,kelemahan
c.
Sirkulasi
: Apakah ada hipotensi edema jaringan umum, pucat
d.
Eliminasi
: Perubahan pola berkemih, disuria , retensi abdomen kembun
e.
Makanan/cairan
: Peningkatan berat badan (Oedem), penurunan berat badan, mual ,muntah,
anoreksia. Nyeri ulu hati
f.
Neurosensori
: Sakit kepala, kram otot/kejang
g.
Pernapasan
: Dispnea, takipnea, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, bau
ammonia, batuk produktif.
h.
Keamanan
: demam, petekie,pruritus, kulit kering
2. Diagnose dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan pasien dengan
gagal ginjal akut (ARF)
1. Peningkatan volume cairan tubuh bd
penurunan fungsi ginjal
Ø Intervensi :
a.
Kaji
keadaan udema
Rasional
:
Edema
menunjukan perpindahan cairan krena peningkatan permebilitas sehingga mudah
ditensi oleh akumulasi cxairan walaupun minimal, sehingga berat badan dapat
meningkat 4,5 kg
b.
Kontrol
intake danout put per 24 jam.
Rasional :
Untuk
mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan kelebihan
resiko cairan
c.
Timbang
berat badan tiap hari
Rasional
:
Penimbangan
berat badan setiap hari membantu menentukan keseimbangan dan masukan cairan
yang tepat.
-
Penimbangan
-
Lebih dari 0.5 kg/hari dapat menunjukan perpindahan kesimbangan cairan
d.
Beritahu
keluarga agar klien dapat membatasi minum
Rasional
:
Manajemen
cairan diukur untuk menggantikan pengeluaran dari semua sember ditambah
perkiraan yang tidak nampak. Pasien dengan kelebihan cairan yang tidak
responsif terhadap pembatasan caiaran dan diuretic membutuhkan dialysis.
e.
Penatalaksanaan
pemberian obat anti diuretik.
Rasional :
Obat anti diuretic dat melebarkan
lumen tubular dari debris, menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan volume
urine adekuat. Misalnya : Furosemide.
f.
Kolaborasi
pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal.
Rasional
:
Hasil
dari pemeriksaan fungsi ginjal dapat memberikan gambaran sejauh mana terjadi
kegagalan ginjal.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d anoreksia, vomitus, nausea.
Ø Intervensi :
a.
Observasi
status klien dan keefektifan diet.
Rasional
:
Membantu
dalam mengidentifikasi dan kebutuhan diet, kondisi fisik umum, gejala uremik
dan pembatasan diet mempengaruhi asupan makanan.
b.
Berikan
dorongan hygiene oral yang baik sebelum dan setelah makan.
Rasional
:
Higiene
oral yang tepat mencegah bau mulut dan rasa tidak enak akibat mikroorganisme,
membantu mencegah stomatitis.
c.
Berikan
makanan TKRGR
Rasional
:
Lemak
dan protein tidak digunakan sebagai sumber protein utama, sehingga tidak
terjadi penumpukan yang bersifat asam, serta diet rendah garam memungkinkan
retensi air kedalam intra vaskuler.
d.
Berikan
makanan dalam porsi kecil tetapi sering.
Rasional
:
Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan dengan status
uremik.
e.
Kolaborasi
pemberian obat anti emetic.
Rasional :
Antiemetik
dapat menghilangkan mual dan muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
3. Aktivity intolerans b/d kelemahan.
Ø Intervensi :
a.
Kaji
kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan penuhi kebutuhan ADL
Rasional
:
Memberi
panduan dalam penentuan pemberian bantuan dalam pemenuhan ADL.
b.
Kaji
tingkat kelelahan.
Rasional :
Menentukan derajat dan efek
ketidakmampun.
c.
Identifikasi
factor stess/psikologis yang dapat memperberat.
Rasional
:
Mempunyai
efek akumulasi (sepanjang factor psykologis) yang dapat diturunkan bila ada
masalah dan takut untuk diketahui.
d.
Ciptakan
lingkungan tengan dan periode istirahat tanpa gangguan.
Rasional :
Menghemat energi untuk aktifitas
perawatan diri yang diperlukan.
e.
Bantu
aktifitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional
:
Memungkinkan
berlanjutnya aktifitas yang dibutuhkan memberika rasa aman bagi klien.
f.
Kolaborasi
pemeriksaan laboratorium darah.
Rasional
:
Ketidak
seimbangan Ca, Mg, K, dan Na, dapat menggangu fungsi neuromuscular yang
memerlukan peningkatan penggunaan energi Ht dan Hb yang menurun adalah
menunjukan salah satu indikasi teerjadinya gangguan eritopoetin.
4. Kecemasan B/D ketidaktahuan proses
penyakit.
Ø Intervensi :
a.
Kaji
tingkat kecenmasan klien.
Rasional :
Menentukan
derajat efek dan kecemasan.
b.
Berikan
penjelasan yang akurat tentang penyakit.
Rasional
:
Klien
dapat belajar tentang penyakitnya serta penanganannya, dalam rangka memahami
dan menerima diagnosis serta konsekuensi mediknya.
c.
Bantu
klien untuk mengidentifikasi cara memahami berbagai perubahan akibat
penyakitnya.
Rasional
:
Klien
dapat memahami bahwa kehidupannya tidak harus mengalami perubahan berarti
akibat penyakit yang diderita.
d.
Biarkan
klien dan keluarga mengekspresikan perasaan mereka.
Rasional
:
Mengurangi
beban pikiran sehingga dapat menurunkan rasa cemas dan dapat membina kbersamaan
sehingga perawat lebih mudah untuk melaksanakan intervensi berikutnya.
e.
Memanfaatkan
waktu kunjangan yang fleksibel, yang memungkinkan kehadiran kelurga.
Rasional
Mengurangi
tingkat kecemasan dengan menghadirkandukungan keluarga.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
v Gagal ginjal akut ( GGA ) adalah
suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba
glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan kemampuan fungsional ginjal
untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh.
Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang
ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya
azotemia.
v Peningkatan kadar kreatinin juga
bisa disebabkan oleh obat-obatan (misalnya cimetidin dan trimehoprim) yang
menghambat sekresi tubular ginjal. Peningkatan tingkat BUN juga dapat terjadi
tanpa disertai kerusakan ginjal, seperti pada perdarahan mukosa atau saluran
pencernaan, penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itu diperlukan pengkajian
yang hati-hati dalam menentukan apakah seseorang terkena kerusakan ginjal atau
tidak.
B. Saran
v Berikan penjelasan yang jelas kepada
pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah terjangkitnya penyakit gagal
ginjal dan mempercepat penyembuhan.
v Penatalaksanaan yang efektif dan
efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah
terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://qittun.blogspot.com/2008/08/asuhan-keperawatan-gagal-ginjal-akut.html
http://www.infopenyakit.com/2008/05/penyakit-gagal-ginjal.html
http://one.indoskripsi.com/node/6686
http://www.scribd.com/doc/14846817/GAGAL-GINJAL-AKUT
http://askep-ners.blogspot.com/2009/01/gagal-ginjal-akut.html
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa Adji Dharma, Edisi II.
http://www.infopenyakit.com/2008/05/penyakit-gagal-ginjal.html
http://one.indoskripsi.com/node/6686
http://www.scribd.com/doc/14846817/GAGAL-GINJAL-AKUT
http://askep-ners.blogspot.com/2009/01/gagal-ginjal-akut.html
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa Adji Dharma, Edisi II.
http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-gagal-ginjal-kronik-chronic-renal.html
http://lensakomunika.blogspot.com/2008/05/askep-gagal-ginjal-akut.html
http://lensakomunika.blogspot.com/2008/05/askep-gagal-ginjal-akut.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar